Malang –- Alhamdulillah, Yayasan Bina al Mujtama’ (YBM) sukses menggelar acara tabligh akbar di Masjid Jami’ Al Umm Malang pada Selasa 17 Agustus 2021, yang dihadiri oleh seluruh warga pesantren termasuk para santri dan pegawai, tabligh akbar tersebut juga dapat disaksikan melalui channel Al Umm TV.
Tabligh akbar dengan judul “Bangkitkan Semangat Juang Generasi ke- 5 & 6 Penerus Laskar Pangeran Diponegoro” mengusung tema perjuangan pangeran Diponegoro yang merupakan salah satu pahlawan nasional dan tokoh Islam penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
KH. Dr.Agus Hasan Bashori, Lc., M.Ag. sebagai pemateri pertama menuturkan bahwa kemerdekaan Indonesia tak lepas dari peranan seorang pangeran Diponegoro.
Pada saat pangeran Diponegoro menyatakan perang sabil yang diikuti oleh para laskarnya melawan kolonisasi Belanda atas fatwa dari para ulama, Belanda harus menanggung kerugian yang sangat besar, perang tersebut berlangsung selama lima tahun.
Tercatat sekitar 7000 serdadu antek Belanda dari kalangan pribumi dan 8000 tentara Belanda tewas, sedangkan biaya perang yang harus ditanggung Belanda adalah 25 juta gulden atau setara USD 2,2 miliyar pada saat ini.
Secara tidak langsung perang ini juga berdampak pada peta geopolitik Belanda di Eropa, Belgia yang merupakan salah satu jajahan Belanda dapat lepas setelah perang sabil ini berlangsung.
Namun Belanda membuat tipu daya dengan menagkap pangeran Diponegoro dan mengasingkannya di Manado lalu Makassar hingga akhir hayatnya setelah pangeran Diponegoro menghadiri perundingan dengan salah Jendral De Cock dari Belanda di Kedu.
Pangeran Diponegoro bergelar Sultan Abdul Hamid Herucokro Kabiril Mukminin Sayyidin Panama Agama Khalifatullah Tanah Jawa, sebagaimana yang tertulis di makamnya.
Para laskarnya pun menjadi pelarian yang mayoritas menuju Jawa Timur dan sekitarnya, karena menjadi buronan oleh tentara Belanda.
Akan tetapi setelah pangeran Diponegoro ditangkap, beliau sempat menyampaikan semacam pesan kepada para laskarnya untuk tetap melanjutkan perjuangan tetapi dengan menggunakan strategi yang baru yaitu dengan menyebarkan ajaran Islam juga mengedukasi masyarakat dan agar memberi tanda pada setiap tempat pembelajaran tersebut dengan menanam 2 pohon sawo yang terinspirasi dari kalimat sawwu shufufakum yang artinya raptkan barisan kalian, perjuangan ini akan terus berlanjut dari generasi ke generasi.
KH. Dr.Agus Hasan Bashori, Lc., M.Ag. sebagai pengasuh Pondok Pesantren Al Umm menyatakan bahwa Podok Pesantren Al Umm merupakan penerus perjuangan pangeran Diponegoro generasi kelima, karena dahulu beliau sempat mengenyam pendidikan di Pondok Gondang Bangil yang kala itu diasuh oleh KH Muhammad Suwaifi Abdurrozaq yang merupakan penerus generasi keempat.
Generasi pertamanya adalah Kyai Tamim laskar Diponegoro asal Cirebon, kemudian dilanjut oleh H Hasan Muhdhor putranya, lalu K Abdurrozaq.
Juga penerus generasi kelima dari jalur ayahandanya bapak Muhammad Qomari murid Pondok Bungkuk tahun 1945 di zaman KH Nachrowi, yang mana generasi keduanya adalah Mbah Thohir menantu Kyai Chamimuddin laskar Diponegoro asal Magelang yang lari ke Bungkuk Singosari.
Selain penjelasan sejarah tentang perjuangan pangeran Diponegoro ada hal menarik lainnya, dijelaskan oleh pemateri bahwa di Ponpes Al Umm sendiri terdapat dua orang yang masih merupakan keturunan langsung dari keluarga kesultanan Yogyakarta dan kesultanan Mataram.
Salah satunya adalah seorang santri yang merupakan anggota resmi dari kesultanan Yogyakarta dan memiliki surat tanda pengenal anggota kesultanan Yogyakarta, adapun salah seorang lagi merupakan keturunan langsung dari Kyai Adipati Nitiadiningrat I putra Sultan Mataram terakhir yaitu Sultan Pakubuwono II dari Raden Ayu (Selir).
Trah Nitiadiningrat ini yang mewakafkan masjid jami’ di Pasuruan dan ruangan makam yang ada di sebelah baratnya. Dalam ruangan itu adalah makam keluarga Nitiadiningrat, sedangkan di luar ruangan adalah makam para tokoh yang diizinkan dimakamkan di sana seperti makam Mbah Hamid rahimahullah.
Setelah sesi pemateri pertama selesai, Drs. H. Muhammad Taufik penulis buku “Pondok Gondang Penerus Perjuangan Sang Pangeran” yang merupakan tamu undangan tabligh akbar tersebut berkesempatan untuk menyampaikan sambutan tentang bukunya tersebut secara singkat.
Beliau menuturkan bahwa beliau menulis buku itu karena tdk terima Kota Bangil diberigelar Kota Bordir. Dia menulis buku tersebut untuk membuktikan bahwa Bangil adalah Kota Santri.
Lalu dia menyebutkan bahwa pondok Gondang sebagai laskar penerus Diponegoro ditandai dengan adanya dua pohon sawo.
Beliau menuturkan bahwa ketika beliau masih kecil sempat memanjat pohon sawo itu, beliau juga menjelaskan bahwa Kyai Agus Hasan Bashori dulu saat mondok sering ngeliwet dan makan bersama.
Pada sesi pemateri terakhir, yaitu H. M. Mujib Anshor, S.H., M.Pd.I. beliau menjelaskan tentang pentingnya memahami sejarah dan menulsinya agar tidak terjadi distorsi dalam sejarah terutama para pemuda. Beliau juga secara detail menjelaskan tentang sejarah pancasila.
Antusiasme para peserta yang mengikuti tabligh akbar pun tinggi, mereka menyimak dengan seksama selama acara berlangsung hingga selesai yang diakhiri dengan kuis berhadiah eco Enzim Al Umm yang dibacakan oleh Yai Faiz. [*]
by : a_Z
Abu zaid Musaddad
Masya Allah Ustaz, semoga bermanfaat.
Abu Zaid Musaddad
Semoga Ustaz Agus Hasan dan seluruh jajaran Al UMM senantiasa dalam peliharaan Rabbul “alamin.Amiin. Selamat Berjuang Ustaz.