Oleh : Kepala Sekolah SMP Islam Al-Umm
Penilaian atau asesmen dalam satuan pendidikan sangat dibutuhkan dan mempunyai beberapa tujuan. Antaranya untuk mengetahui daya serap siswa pada mata pelajaran, untuk mengukur ketuntasan belajar pada akhir semester, bahkan sebagai informasi awal sebelum pembelajaran dalam rangka menentukan rencana pembelajaran.
Dari tujuannya maka asesmen bisa digolongkan menjadi tiga; pertama : Assessment for Learning yaitu dapat dikategorikan Penilaian untuk Pembelajaran, kedua ; Assessment as Learning yaitu refleksi metakognitif dikategorikan Penilaian sebagai bentuk/wahana pembelajaran, dan ke-tiga: Assessment of Learning yaitu Penilaian terhadap Pembelajaran.
Ketiga bentuk asesmen ini mempunyai hubungan erat dalam sistem pembelajaran. Dalam penerapan kurikulum Merdeka, maka Assessment for Learning dikenal dengan asesmen diagnostik/asesmen awal bertujuan mengumpulkan data awal dalam mengetahui kekuatan, kelemahan, dan keterampilan serta pengetahuan siswa sebelum melaksanakan pembelajaran untuk menjadi data dalam membuat rancangan pembelajaran, dan mengetahui karakteristik peserta didik yang akan mengikuti pembelajaran.
Penilaian diagnostik juga menguntungkan guru dengan menyediakan dasar untuk membelajarkan siswa. Dengan bentuk penilaian ini, guru dapat merencanakan pembelajaran yang bermakna dan efisien dan dapat memberikan siswa pengalaman belajar individual atau kita istilahkan dengan pembelajaran diferensiasi. Jadi dapat disimpulkan asesmen/penilaian diagnostik adalah alat bagi guru untuk lebih memahami apa yang sudah diketahui siswa tentang suatu topik ketika diajukan sebelum dimulainya pembelajaran.
Apa saja contoh asesmen diagnostik? Antaranya yaitu; Survei, Kuesioner, Pretest, dan semisalnya.
Termasuk asesmen diagnostik yang bisa dilakukan, berbentuk kuis dadakan menggunakan kertas lipat, aplikasi online dan semisalnya untuk menjawab kuis tentang pelajaran dijenjang sebelumnya ataupun pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Dan asesemen semacam ini disebut juga dengan pengukuran berbasis kurikulum.
Adapun Assessment as Learning atau biasanya asesmen yang banyak bersifat penugasan atau lembar kerja. Tujuannya digunakan dalam upaya mengembangkan pembelajaran, untuk memantau belajar siswa untuk memberikan umpan balik.
Dalam Kurikulum Merdeka, Assessment as Learning bisa disebut dengan asesmen formatif. Tujuan utama asesmen formatif adalah untuk memberi tahu guru tentang bagaimana kemajuan siswa mereka, di mana kesenjangan yang ada dalam pembelajaran siswa, dan bagaimana strategi pembelajaran mereka perlu disesuaikan untuk meningkatkan pembelajaran siswa, mungkin dengan memperlambat kecepatan, mengulang instruksi, atau bahkan menantang beberapa siswa. dengan tugas-tugas baru dan berpotensi lebih sulit.
Asesmen formatif tidak harus formal dengan memberikan pertanyaan dan siswa menuliskan jawaban di lembar jawaban yang disediakan. Bahkan termasuk asesmen formatif yaitu dengan menanyai siswa dengan pertanyaan “siapa yang belum faham materi ini, angkat tangan!” itu bisa disebut asesmen formatif. Untuk kemudian guru menggunakan data ini (kualitatif atau kuantutatif) untuk melakukan penyesuaian pembelajaran. Termasuk bentuk asesmen formatif ini berbentuk ice breaking bagi yang bisa menjawab pertanyaan dan sebagainya.
Adapun contoh asesmen formatif formal yaitu; Lembar kerja, Peta konsep, Grafik organizer, Portofolio, Proyek kelompok, Penilaian diri/penilaian teman sejawat, Tiket masuk dan keluar (admit slip dan exit ticket), Catatan anekdot, Aplikasi kelas virtual seperti Socrative atau Kahoot!, Laporan kemajuan, Diskusi kelas, Kuis singkat dan teratur, Pengamatan, Proposal penelitian (untuk umpan balik), Kuis, Pekerjaan rumah, Tugas kinerja dan sebagainya.
Saat menjalankan penilaian formatif di kelas, sebaiknya buat penilaian yang singkat, mudah dinilai, dan konsisten. Memperkenalkan peserta didik pada penilaian formatif dengan cara yang berisiko rendah dapat membantu untuk mengukur kemajuan peserta didik.
(Assessment of learning) dan merupakan metode formal untuk mengevaluasi pembelajaran dengan membandingkan pembelajaran dengan standar atau tolok ukur yang biasanya pada akhir unit, modul atau periode waktu tertentu.
Dalam kurikulum Merdeka, asesemen semacam ini diistilahkan dengan Asesemen Sumatif. Dan penilaian sumatif seringkali berbentuk tes unit atau satu tujuan pembelajaran. bertujuan untuk menilai sejauh mana tujuan pembelajaran yang paling penting pada akhir pembelajaran. Selain itu juga, penilaian sumatif ini dapat lebih mengukur efektivitas pembelajaran, reaksi pada pembelajaran dan manfaat pembelajaran pada jangka panjang.
Penilaian sumatif mengukur kemajuan siswa sebagai penilaian belajar. Tes standar adalah jenis penilaian sumatif dan menyediakan data untuk guru, kepala sekolah, dan pihak dinas/pengawas sekolah.
Nilai asesmen sumatif ini dapat juga membantu mengomunikasikan hasil belajar siswa kepada orang tua siswa pada nilai rapor. Dan bisa berbentuk nilai harian, ujian tengah semester, dan juga akhir semester.
Biasanya manfaat asesmen sumatif bisa dimanfaatkan pada jangka panjang karena biasanya dilakukan secara formal dan kosisiten, untuk merekam hasil belajar selama periode tertentu.
Hal utama yang harus diingat adalah bahwa penilaian adalah alat pembelajaran. Kesamaan dari semua penilaian adalah memberikan gambaran pemahaman siswa pada waktu tertentu dalam proses pembelajaran.
Asesmen dapat berupa formatif atau sumatif tergantung pada bagaimana data penilaian diinterpretasikan. Asesmen formatif bila digunakan untuk meningkatkan pembelajaran selama proses pembelajaran secara keseluruhan. Asesmen sumatif jika digunakan untuk mengukur pencapaian siswa secara keseluruhan dan mengukur apa yang telah dipelajari siswa pada akhir unit pembelajaran.
Sumber bacaan :
https://guru.kemdikbud.go.id/kurikulum/perkenalan/asesmen/formatif-dan-sumatif
Ardiansyah, Fitri Sagita Mawaddah, Juanda (2023) Assesmen dalam Kurikulum Merdeka Belajar. Jurnal Literasi dan Pembelajaran Indonesia
DLL