Tarbiyah Menuju Surga
Alhamdulillah pada tanggal 22 Agustus 2017 Pondok Pesantren Islam Al Umm Malang kedatangan tamu beberapa da’i dari negara Arab Saudi, dan pada kesempatan itu SMP Islam Al Umm mendapatkan kesempatan mengadakan kajian khusus untuk anak-anak SMP putra.
Da’i yang memberikan kajiannya pada waktu itu adalah Doktor Mukmin As Sayyid dan sebagai penerjemahnya adalah Ust. Dedy Irawan, Lc semoga Allah menjaga mereka semuanya.
Tema yang dibawakan pada kajian itu adalah “Tarbiyah Menuju Surga Allah”, berikut ini ringkasan materi yang disampaikan pada kesempatan tersebut.
Syeikh membuka ceramahnya dengan mengatakan bahwa nikmat terbesar yang kita dapatkan saat ini adalah nikmat Islam oleh karena itu kita wajib untuk bersyukur karenanya.
Kemudian beliau melanjutkan dengan sebuah pertanyaan: Apakah tujuan hidup kita? Maka beliau pun menjelaskan bahwa tujuan hidup kita sebagai manusia adalah:
Pertama: Ibadah, Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali agar mereka beribadah kepadaKu” (QS. Adz-Dzariyat: 56), apa itu ibadah, ibadah adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah bahwa: “Ibadah adalah sebuah nama yang mencakup apa saja yang dicintai dan diridhoi oleh Allah Ta’ala baik perkataan atau perbuatan yang nampak ataupun yang tersembunyi”.
Kedua: Tugas kita yang kedua di dunia ini adalah mengisi dan meramaikannya sebagai khilafah (pemimpin) yang mengatur bumi ini dalam rangka ketaatan kepada Allah Ta’ala, Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Ingatlah ketika Tuhan kalian berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”” (QS. Al Baqarah: 30).
Kemudian Syeikh melanjutkan, setelah kita mengetahui apa tujuan kita di dunia yaitu untuk beribadah kepada Allah Ta’ala, maka bagaimana kita bisa beribadah kepada Allah? Yaitu dengan mengenal Allah terlebih dahulu, dan bagaimana kita bisa mengenal Allah?
Beliau menyebutkan ada empat cara agar kita bisa mengenal Allah, yaitu:
Pertama: Dengan melihat dan memikirkan tentang makhluk-makhluk ciptaanNya, (karena dengan melihat mereka maka kita akan yakin bahwa ada zat yang menciptakan mereka yaitu Allah Tabaraka wa Ta’ala).
Kedua: Dengan membaca dan mempelajari kalamullah (firman-firman Allah yang ada dalam Al-Quran), karena yang paling mengenal siapakah Allah adalah Allah Ta’ala itu sendiri, sehingga agar kita bisa mengenalnya, adalah dengan mempelajari Al-Quran (kalamullah) itu sendiri.
Ketiga: Melalui para nabi dan rasul yang diutus, jika mereka nabi dan rasul sudah terputus, maka kedudukan mereka digantikan oleh para ulama, para da’i dan para ustdaz berdakwah demi tegaknya kebenaran.
Keempat: yaitu dengan fitrah kita masing-masing, karena dari lubuk hati kita yang paling dalam sejatinya telah mengenal siapakah pencipta kita, dan siapakah zat yang paling berhak untuk diibadahi.
Setelah kita mengetahui bagaimana cara kita mengenal Allah Ta’ala dan apa tujuan kita diciptakan, maka apakah kewajiban kita? Kewajiban kita tidak lain adalah hanyalah ta’at kepada Allah dan rasulNya dengan beribadah dan bertakwa kepadaNya.
Syeikh melanjutkan: Sesungguhnya Allah telah memberikan akal dan hati kepada manusia untuk berfikir, demikian juga Allah memberikan kepada manusia jasad fisik berupa tubuh, maka pertanyaannya: Bagaimana cara untuk menggiring dan menuntun akal, hati, pikiran dan tubuh tadi agar tunduk untuk beribadah?
Jawabnya adalah: dengan ilmu dan pengetahuan, dengan ilmu ini manusia akan tergiring untuk senantiasa beribadah kepada Allah, Rasulullah bersabda tentang keutamaan ilmu diantaranya: “Siapa saja yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Muslim).
Bukankah Allah Ta’ala telah membedakan antara orang yang berilmu dengan orang yang bodoh seperti orang yang melihat dengan orang yang buta, karena itu tidak akan sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu, Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Katakanlah: “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?””. (QS. Az Zumar: 9).
Sehingga dengan ilmu dan pengetahuan kita kepada Allah inilah kita bisa senantiasa beribadah kepada Allah Ta’ala, dan agar kita menjadi orang-orang yang berilmu tentu tidak bisa secara langsung, akan tetapi harus membutuhkan proses belajar, demikian juga jika kita menginginkan surga juga membutuhkan proses, butuh jalan-jalan yang harus kita lewati, dan jalan-jalan menuju surga inilah yang dinamakan dengan islam.
Yaitu islam yang dibawa oleh Rasulullah, para sahabatnya dan juga para ulama ahlu sunnah wal jama’ah sampai akhir zaman, agar kita bisa mencapai dan meniti jalan tersebut, maka kita membutuhkan tarbiyah (didikan, arahan) berdasarkan ilmu dan tarbiyah yang benar.
Ilmu itu adalah ma’rifah (pengetahuan), sedangkan tarbiyah itu adalah perbuatan yang menggiring kita untuk mencapai tujuan.
Syeikh hafizhahullah menyebutkan macam-macam tarbiyah yang bisa kita tempuh diantaranya:
Pertama: Tarbiyah dari orang tua semenjak kecil yang akan berpengaruh ketika kelak dewasa.
Kedua: Tarbiyah dari para ulama dan para guru kita yang mendidik dengan benar.
Ketiga: Tarbiyah dari diri kita sendiri, (karena tarbiyah dari orang tua, para ulama dan para guru kita, tidak akan berpengaruh baik jika kita tidak menerapkannya dengan mentarbiyah diri kita sendiri).
Ketiga jenis tarbiyah inilah yang bisa menuntun kita menuju tujuan hidup kita dan itulah yang dinamakan dengan tarbiyah rabbaniyah (tarbiyah yang benar dan lurus).
Syeikh melanjutkan penjelasannya: Ketika kita sudah berada dijalan yang lurus diatas tarbiyah yang lurus tentu akan ada musuh-musuh dan gangguan yang menghalang-halangi kita dari jalan yang lurus dan bahkan memalingkan kita darinya, diantara musuh-musuh dan rintangan ini antara lain:
- Syaitan: inilah musuh yang nyata bagi kita (syaitanlah yang selalu mengoda manusia agar mengikuti jalan mereka, selalu menghias-hiasi perbuatan yang buruk sehingga terasa baik, dan perbuatan baik terasa buruk), cara untuk melawan godaan mereka adalah dengan banyak-banyak berdzikir kepada Allah Ta’ala, Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagi kalian, maka anggaplah ia musuh, karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala” (QS. Fathir: 6)
- Godaan lain yang memalingkan kita dari jalan yang lurus adalah godaan hawa nafsu dan jiwa kita sendiri, karena hawa nafsu dan jiwa ini selalu menginginkan kenikmatan dunia, sedangkan hati kita menginginkan akhirat, kedua hal itu akan terus berperang hingga ada pemenang diantara keduanya. Jika yang menang adalah hawa nafsu maka kerugianlah yang akan menyertai kita, dan jika hati kita yang menang maka keberuntunganlah yang akan menyertai kita.
Oleh karena kita harus mengetahui cara ampuh agar hawa nafsu dan jiwa kita selalu condong dan cinta kepada akhirat, yaitu dengan terus menjaga iman (dengan banyak melakukan ketaatan), selain itu agar kita terhindar dari cinta berlebihan terhadap dunia adalah dengan mengekang syahwat dan mengendalikannya.
- Musuh lain yang bisa memalingkan kita dari jalan yang lurus adalah orang-orang kuffar dengan berbagai tipu muslihat dan ajakan mereka untuk menyesatkan kaum muslimin secara menyeluruh.
- Termasuk yang menghalang-halangi kita dari jalan yang lurus adalah orang-orang yang sesat dari kelompok kaum muslimin, mereka tidak menginginkan dari kita agar menyimpang dan berpaling dari jalan yang lurus secara keseluruhan, akan tetapi mereka menginginkan dari kita agar kita menyimpang dari rel yang lurus sebagian saja.
- Musuh dan godaan lain adalah kebodohan, ghoflah (kelalaian, keteledoran) dan salah memilih teman, kebodohan memalingkan kita dari ilmu, ghoflah (lalai) memalingkan kita dari ketaatan, dan teman yang buruk juga akan mengiring kita kepada keburukan, dalam sebuah ungkapan dikatakan: As shoohib saahib, yaitu teman itu seperti orang yang menarik, bisa menarik ke arah yang baik atau ke arah yang buruk, oleh karena itu sebaik-baik teman adalah teman yang baik dan sholeh yang mengingatkan kita tentang akhirat dan selalu mengajak kita kepada kebaikan.
Setelah kita mengetahui betapa banyak godaan dan musuh-musuh yang menghalangi kita dari jalan yang lurus, maka jika kita melihat ada saudara kita berada diantara jalan-jalan yang menyimpang, maka tugas kita adalah menggiring saudara kita dan mengajaknya kembali menuju jalan yang lurus dan inilah yang dinamakan dengan dakwah, jika kita melakukan dakwah maka kita telah mengikuti tugas daripada nabi dan rasul.
Yaitu dakwah yang berdasarkan ilmu dan dakwah inilah sebaik-baik perkataan, Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”” (QS. Fushilat: 33).
Akhirnya semoga kita semua diberi hidayah taufiq oleh Allah Ta’ala untuk senantiasa menempuh jalan yang lurus, istiqomah hingga Allah menuntun kita menuju surgaNya Amin.
Inilah ringkasan dari kajian bersama Doktor Mukmin As Sayyid semoga bermanfaat, sebelum syeikh menutup kajiannya beliau mengungkapkan bahwa beliau sangat senang sekali bertemu dengan kita dan mendoakan agar kita semua selalu dalam kebaikan.
Dicatat oleh: Faiz Al Munzhir, SMP Islam Putra Al Umm kelas VIII, dengan tambahan dan revisi oleh Dedy Irawan, Guru SMP Islam Putra Al Umm